Nadia Murad, Mantan Budak Cantik ISIS yang Raih Nobel Perdamaian 2018

New Castle Delaware home appliance construction engineering safety gear modern home office car audio system parental control program poland medical books reminder paradise louisiana last minute trip bulgaria prints off road driving developing promotion go travel video software gifts image editor program lth ups teaching men hair maintenance kashwear goodyear ultra grip ice tires oceanic time warner cable hawaii lake mead houseboat rentals Volleyball Spandex disney world hopper pass small dehumidifier vented propane heater samsonite briefcase grab bars ginger ginger grab bars canon optura camcorders 5 axis router servo actuators homes for sale in eugene oregon milk frother Eczema Medication cheap flights to budapest stone mantels paintball discounters tree climbing equipment 5 acne b vitamin sample brochures china airfare navy seal watch touch screen lcd monitor lcd rear projection tv copying vhs to dvd chess clock cd cabinet cable router lp gas heater specialty merchandise company brass door knob cruising world magazine cookie bouquet embroidery machine for sale zeiss microscope Unit Heater newport ky drain cleaner widescreen projection pilates instructions nars cosmetic supplement wholesalers buy toyo tires Toms Toothpaste vinyl fence journalism courses manual handling equipment coaching software electronics recycling dry cleaning equipment america intercontinental university Phone Tape Recorder pool table atlanta gmc rims man wedding band christmas gift basket air mattress best airfare iowa private investigators Glass Dildo jogging stroller hip hop ringtones metal bench Wire Rope Rigging federal housing authority lesko apartment rental new york post traumatic stress disorder buffalo grove il adidas running gear home odor control church furnishing american north spice virtual production office ph electrode camcorder battery charger yeast infection las vegas brochures ireland poster breast enhancer Phone Ringtone plumbing fixture bull dozer super 8 jackson folding table cholesterol test clemson depression exercise psoriasis Electrostatic entertainment center furniture used drum wales tourist board optimizer commercial rental property belly button jewelry professional staffing framed art framed art topo map marine biology cape cod tennis training car cleaning corel draw coffee club cheap tickets to amsterdam Equipment Rental home theater audio system Throw Down Virginia Tax portland oregon tuition university of arizona summer vacation travel agent new york aim monitoring Used Car For Sale super 8 california New Castle Delaware home appliance construction engineering safety gear modern home office car audio system parental control program poland medical books reminder paradise louisiana last minute trip bulgaria prints off road driving developing promotion go travel video software gift

Nadia Murad berhasil selamat dari salah satu kekejian paling mengerikan di dunia ketika ia,
perempuan dari kelompok minoritas Yazidi, Irak, dijadikan budak seks oleh teroris ISIS dan pada
Jumat (5/10/2018) dinobatkan sebagai salah satu pemenang Nobel Perdamaian 2018.

Murad bersama Dokter Denis Mukwege asal Kongo diumumkan sebagai penerima Nobel
Perdamaian 2018 berkat upaya-upaya mereka menghentikan penggunaan kekerasan seksual sebagai
senjata dalam perang.


Perempuan 25 tahun itu, demikian diwartakan AFP, menjadi orang Irak pertama dalam sejarah yang
memenangkan Nobel Perdamaian.

Empat tahun lalu, tepatnya 15 Agustus 2014, desanya di Pegunungan Sinjar, dataran tinggi di utara
Irak, diserbu oleh para teroris ISIS. Seketika itu nasib Nadia berubah.

Nadia dan seisi Desa Kocho diperintahkan untuk berkumpul di sebuah sekolah. Lelaki dipisahkan
dari perempuan dan anak-anak. Pada hari itu juga sebanyak 312 lelaki dibunuh. Belakangan di
sekitar desa itu juga ditemukan makam berisi jenazah 80 perempuan tua.

Derita Budak Seks ISIS

Anak-anak diculik untuk dijadikan petempur. Sementara Nadia dan teman-temannya dibawa secara
paksa ke Mosul, ibu kota de facto ISIS, dan dijadikan budak seks.
Kepada Time, Nadia bercerita panjang tentang penderitaannya.

Nadia mengenang, setelah tiga hari disekap di Mosul, ia dan perempuan lainnya "dibagikan" kepada
para anggota ISIS sebagai budak. Ia ingat beberapa perempuan sengaja merusak rambut mereka agar
tak dilirik oleh para anggota ISIS. Sebagian lagi mengoles wajah mereka dengan arang baterai.

"Itu semua tak membantu, karena pada pagi harinya mereka meminta kami untuk membasuh wajah
agar kelihatan cantik," cerita Nadia.

Beberapa perempuan Yazidi bahkan lebih ekstrem lagi. Ada yang bunuh diri dengan cara mengiris
nadi dan ada yang melompat dari jembatan.

Di rumah tempat Nadia disekap, di sebuah kamar di lantai dua, ditemukan banyak bekas kekejian.
"Banyak darah dan di dinding ada cap tangan dari darah," kata dia. Di sana ada dua orang perempuan
Yazidi yang bunuh diri.

Nadia sendiri tak berpikir untuk bunuh diri. Ia berharap para teroris itu yang membunuhnya.
"Saya tak ingin bunuh diri, tetapi saya ingin mereka membunuh saya," ujar dia.


Setiap pagi di Mosul, para perempuan Yazidi diperintahkan untuk mandi. Mereka lalu dibawa ke
pengadilan syariah dan di sana mereka difoto. Setelahnya foto-foto itu dipajang di dinding
pengadilan, lengkap dengan nomor telepon para teroris yang menjadi pemilik mereka.

Pada satu hari, giliran Nadia dibawa ke pengadilan syariah. Di sana ia duduk di dalam sebuah
ruangan bersama perempuan lain. Ia mengenakan jaket merah jambu. Lalu seorang anggota ISIS
datang ke arahnya.

"Dia bilang, 'Perempuan berjaket merah jambu, berdiri'," kenang Nadia.

"Ketika saya mengangkat wajah dan melihat dia, lelaki itu sungguh besar. Saya berteriak-teriak,"
lanjut dia.

Lelaki itu, ia masih ingat, sangat besar. Rambut dan jenggotnya sangat panjang. Ketika itu Nadia
duduk bersama tiga keponakannya dan mereka saling berpelukan erat ketika lelaki itu menyeret dia.

Ketika sedang bergulat dengan lelaki raksasa itu, ia melihat seorang lelaki lain yang bertubuh lebih
kecil. Nadia langsung meringkuk di kaki lelaki itu dan meminta tolong.

"Saya memohon kepadanya, 'Bebaskan saya dari penjara besar ini, bawa saya dan saya akan
melakukan apa saja yang kamu inginkan'," Nadia bercerita.

Lelaki kurus itu, yang juga anggota ISIS, lalu membawanya pergi. Lelaki itu juga berambut panjang,
tetapi jenggotnya lebih pendek. Lelaki itu menyekap Nadia di dalam sebuah kamar dengan dua pintu.
Ia salat lima kali sehari. Ia memiliki seorang istri dan seorang puteri bernama Sara.

"Satu hari dia memaksa saya mengenakan make up, saya menurutinya dan di malam jahanam itu, dia
melakukannya," kenang Nadia.

Nadia pernah mencoba kabur dari pemerkosaan dan penyiksaan yang dilakukan lelaki itu, tetapi ia
tertangkap.

"Ia kemudian memukuli saya, melucuti pakaian saya, dan memindahkan saya di dalam sebuah kamar
bersama enam lelaki lain. Mereka melakukan kejahatan bertubi-tubi terhadap tubuh saya sampai
saya tak sadarkan diri," beber Nadia.

Nadia ingat betul tak seorang pun dari para lelaki itu yang menunjukkan penyesalan atas apa yang
mereka lakukan padanya. Ketika salah satu penyiksanya ditanya, apakah Nadia istrinya, ia menjawab
dengan lantang.

"Ini bukan istri saya, dia adalah sabia saya, dia adalah budak saya," kenang Nadia, sembari
mengingat bagaimana lelaki itu menembakkan senjatanya ke langit tanda suka cita.

Berhasil Kabur

Nadia berhasil kabur pada November 2014, ketika salah satu penyekapnya lupa mengunci pintu
rumah. Dibantu oleh sebuah keluarga Muslim, ia kemudian berhasil meloloskan diri dan berlindung
di sebuah kamp pengungsian Yazidi di wilayah Kurdistan.


Di kamp pengungsian itu dia dikabari bahwa enam saudara dan ibunya sudah tewas dibunuh ISIS.
Dengan bantuan sebuah organisasi kemanusiaan yang membantu orang-orang Yazidi, ia mengungsi
ke Jerman. Di sana ia mulai mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan kelompok minoritas
Yazidi dan para perempuan yang mengalami kekerasan seksual.

Nadia, karena perjuangannya, lalu diangkat sebagai Duta Besar Perdamaian PBB untuk para
penyintas perdagangan manusia. Pada 2017 ia menerbitkan buku berjudul "The Last Girl" dan pada
tahun yang sama Dewan Keamanan PBB mengumumkan komitmen untuk membantu Irak
mengumpulkan bukti-bukti kejahatan kemanusiaan ISIS.

Sebelum 2014, jumlah komunitas Yazidi di Irak sekitar 550.000 jiwa. Kini sudah 100.000 orang
Yazidi meninggalkan Irak ribuan lainnya masih bertahan di wilayah Kurdistan.

Pada Agustus kemarin Nadia mengumumkan telah bertunangan dengan rekan sesama aktivis Yazidi
bernama Abid Shamdeen.

"Perjuangan untuk rakyat kami telah menyatukan kami dan kami akan terus berjuang bersama," tulis
Nadia.

Nah Sahabat Rumpi, sampai disini dulu ya perjumpaan kita kali ini. Jangan lupa klik ikuti
kemudian like, share & comment ya. Agar penulis termotivasi untuk memberikan lebih
banyak artikel-artikel bermanfaat dan menarik lainnya, sampai bertemu lagi.



Klik disini untuk melihat sumbernya...
close
==[ Klik disini 2X ] [ Close ]==